Sosok.ID - Penyebaran wabah virus Corona di Indonesia semakin meluas.
Di Indonesia sendiri sejak Sabtu (21/3/2020) tercatat telah ada sebanyak 450 kasus positif virus Corona dengan jumlah kematian yang sebelumnya 32 jiwa menjadi 38 jiwa.
Jumlah kematian yang terus melonjak setiap harinya membuat pemerintah akhirnya mengambil langkah preventif demi menimalisir penyebaran virus Corona di Indonesia.
Mengutip Kompas.com sebelumnya, untuk mengobati pasien postif virus Corona, pemerintah Indonesia telah memesan sebanyak 3 juta butir Klorokuin dan 2 juta butir Avigan.
Berdasarkan penuturan Presiden Jokowi, kedua jenis obat ini dipesan khusus untuk mengobati pasien positif infeksi Covid-19.
"Obat ini sudah dicoba oleh satu, dua dan tiga negara dan memberikan kesembuhan," kata Presiden Jokowi dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube Sekertariat Presiden, Jumat (20/3/2020)
Namun, sejak pemerintah mengumumkan akan mempersiapkan 3 juta butir klorokuin untuk digunakan bagi pasien virus corona atau Covid-19, banyak masyarakat yang latah memburu klorokuin di apotek dan secara online.
Mereka beranggapan bahwa meminum klorokuin bisa mencegah infeksi virus corona.
Padahal, ini salah besar.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, telah menegaskan bahwa klorokuin bukanlah obat untuk mencegah infeksi virus corona, sehingga masyarakat tidak perlu membeli dan menyimpan klorokuin sendiri.
Terkait hal ini, Pakar Farmakologi & Clinical Research Supporting Unit dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Nafrialdi, PhD, SpPD, juga angkat bicara.
Diwawancarai oleh Kompas.com via telepon pada Minggu (22/3/2020); dia berkata bahwa masyarakat salah besar bila membeli dan menggunakan klorokuin sendiri tanpa resep dokter sebagai pencegahan virus corona.
Pasalnya, klorokuin tidak mencegah virus corona.
Sebagai terapi untuk pasien Covid-19 sekalipun, obat ini juga bukan lini utama.
Melainkan hanya tambahan di atas terapi standar untuk pasien positif Covid-19 yang bergejala berat.
Dokter Nafrialdi berkata bahwa obat klorokuin sebetulnya adalah obat antimalaria yang juga diresepkan untuk penderita lupus dan rheumatodi arthritis atau radang sendi.
"Tapi (obat ini) disinyalir ada efeknya buat virus virus corona, meskipun belum established (ditetapkan)," ujarnya.
Meski demikian, soal efektifitas klorokuin terhadap Covid-19, masih perlu dikumpulkan data lewat uji klinis yang membandingkan ratusan pasien Covid-19 yang diberi klorokuin dengan yang tidak diberi.
Masyarakat juga perlu tahu bahwa obat ini adalah obat keras yang tidak boleh dikonsumsi tanpa resep dokter.
"Harus pakai resep dokter!," tegas dr Nafrialdi.
Dituturkan oleh dr Nafrialdi, obat ini bisa menimbulkan berbagai efek samping, mulai dari mual, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran, hingga gangguan irama jantung.
Klorokuin, seperti obat-obatan lainnya, juga bisa mematikan bila dikonsumsi pada dosis ekstrem.
"Masalahnya kalau (klorokuin) digunakan oleh orang yang tidak punya pengetahuan atau kewenangan, (orang tersebut) hanya akan mengumpulkan efek samping," ujar dr Nafrialdi. (Shierine Wangsa Wibawa)
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: Klorokuin Bukan untuk Cegah Corona, Efek Sampingnya Sangat Berbahaya
(*)