Bagaimana Perayaan Lebaran Sebelum Indonesia Merdeka? Kisah Soekarno Muda Ini Gambarkan Tradisi Idul Fitri Jaman Penjajahan!

Selasa, 26 Mei 2020 | 08:35
Kolase Bangkapos/Freepik

Bagaimana Perayaan Lebaran Sebelum Indonesia Merdeka? Kisah Soekarno Muda Ini Gambarkan Tradisi Idul Fitri Jaman Penjajahan!

Sosok.ID - Umat Muslim Tanah Air bersuka cita merayakan hari raya Idulfitri atau biasa disebut Lebaran.

Berbagai macam hidangan tersaji di atas meja makan, berpadu dengan harumnya pakaian yang baru dibeli dari toko.

Semua saling bersalaman, bermaafan sebagai tanda kembali ke fitrah.

Tapi tidak semua orang bisa melewati semua momen ini dengan indah, baik di masa lampau atau sekarang.

Salah satunya adalah Presiden Pertama RI, Soekarno, yang sempat merasakan pahit-manisnya merayakan Lebaran.

Baca Juga: Senjata Makan Tuan,Dalam Sebulan 6 Petani Meninggal Dunia Gegara Jebakan Tikus yang Mereka Pasang Sendiri, Bupati Sragen Sampai Geram: Hukuman Pidana Akan Berlaku

Seperti kita ketahui bersama, meski berdarah ningrat, orang tua Soekarno nyatanya berasal dari keluarga sederhana.

Sang ayah, R Soekeni merupakan pekerja biasa.

Sedangkan ibu Soekarno, Nyoman Rai Srimben adalah perempuan ningrat Bali, namun ia terusir dari lingkungan keluarganya.

Rai Srimben harus melepas status keningratannya karena menikah dengan Soekeni.

Pernikahan mereka kala itu dianggap tabu, pasalnya berdua beda keyakinan.

Baca Juga: Aneh! Beberapa Tahanan Ciumi Masker Bekas Pakai Gegara Ingin Terinfeksi Covid-19, Begini Rekaman CCTV-nya!

Ayah kandung Soekarno itu adalah Muslim, sementara Srimben menganut keyakinan Hindu.

Sebab diputus status kekerabatannya, mereka sekeluarga harus hidup dalam kesederhanaan.

Ada pula kisah ketika Soekarno hidup sangat kekurangan, yang mana gaji Soekeni sebagai guru tak mencukupi kebutuhan harian keluarganya.

Beruntungnya keluarga Soekarno,karena masih ada kerabat yang mau menolong.

Kerabat itu berasal dari pihak keluarga Srimben di Singaraja.

Karena pertolongan tersebut, mereka bisa bertahan hidup.

Baca Juga: Hati-hati, Zaman Serba Digital Hacker Suka Meretas, Artis Papan Atas Jadi Korbannya!

Masa Sulit Soekarno Kecil Merayakan Lebaran

Dilansir TribunSolo.com dari buku “Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat”, terdapat bagian-bagian sulit ketika sang proklamator menjalani Ramadan hingga berlebaran.

Saat Soekarno masih berusia 6 tahun, orang tuanya pindah ke Mojokerto.

Mereka harus tinggal di penampungan kumuh.

Selama tinggal di tempat kumuh, Soekarno menyaksikan para tetangganya bisa membeli jajanan, pepaya, hinga permen.

“Tapi aku tidak. Tidak pernah,” kata Soekarno dalam buku yang ditulis oleh wartawan asal Amerika Serikat, Cindy Adams, itu.

Baca Juga: Terbongkar! Wanita Ini Sebut Syahrini Telah Berhubungan Badan Dengan Ayah Angkatnya Sebelum Dipinang Reino Barack: Syahrini Janganlah Kamu Menipu Berlebihan

Begitu pula saat Ramadan rampung dan Lebaran di depan mata, Soekarno hanya bisa meratapi nasibnya.

Sementara orang-orang di sekitarnya makan besar dan saling memberi hadiah.

“Orang-orang makan besar dan memberi hadiah. Tapi kami tak pernah makan besar atau pun memberi hadiah. Karena kami tidak punya uang.”

Anak-anak di masanya juga biasa main petasan, tapi tidak untuk Soekarno.

Soekarno lantas menceritakan bagaimana dia harus menghabiskan Lebaran di kamar sempit semasa kecilnya.

Baca Juga: Masih Ingat Foto Merek Dagang Nonya Meneer? Puluhan Tahun Dipakai, Kini Cicitnya Gugat Lantaran Potret Sang Nenek Ada di Kemasan Minyak Telon

“Dengan pilu mengintip ke arah langit melalui tiga buah lubang udara yang kecil-kecil pada dinding bambu. Lubang udara itu berukuran sebesar batu bata,” ujar Soekarno mendeskripsikan kondisi tempat tidurnya.

Saat berada di dalam kamar, Soekarno kecil mendengar suara petasan yang meletus bersahutan.

Hatinya semakin tak karuan ketika ia dengar suara anak-anak kecil tertawa bersahutan di luar rumahnya.

Soekarno pernah mengadu ke ibunya, bagaimana nasib ini bisa menghampirinya.

Bagaimana bisa saat anak-anak lainnya menyalakan mercon, ia tidak?

Baca Juga: Doa Jamal Mirdad Kala Putrinya Jalin Asmara Beda Keyakinan, Endus Kemungkinan Naysilla Jadi Mualaf: InshaAllah

"Dari tahun ke tahun aku selalu berharap, tapi tidak sekalipun aku bisa menyalakan mercon. Aku merasa begitu menyesal pada diriku sendiri,” tutur Soekarno.

Soekarno kecil beruntung, sebab pada malam setelah ia merenungi nasibnya, datanglah seorang tamu yang menemui bapaknya.

Sang tamu rupanya membawa bingkisan kecil dan selanjutnya diberikan kepada Soekarno.

Soekarno tak menyangka ia bakal diberi kado.

Baca Juga: Mengintip Kamar Hotel Bertarif Selangit Syahrini Saat Berlibur ke Las Vegas, Mewah!

Tangannya gemetaran, perasaan bahagia membuncah menyesaki rongga dadanya.

Hampir tak sanggup membuka, akhirnya ia bisa melihat isi kado itu.

"Isinya petasan,” kenang Soekarno.

Bagi Soekarno kecil, ketika itu tak ada lagi hal di dunia yang mampu memberikan kebahagiaannya setara kado petasan.

Baca Juga: Bocah SMP Bunting 7 Bulan Dicabuli, Anggota DPRD Ini Rayu Korban dengan Duit Rp 1 M untuk Berdamai: Ini Bentuk Keprihatinan Saya

Peristiwa ini juga terus membekas di benaknya.

“Aku tidak bisa melupakan peristiwa itu selama hidupku,” ucap Soekarno.

Dan berpuluh tahun kemudian, pria yang begitu mengagungkan petasan itu, menjadi presiden negara bernama Indonesia. (*)

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul "Bahagianya Soekarno Kecil Dapat Bingkisan Lebaran Isi Petasan, Tak Bisa Dilupakan hingga Akhir Hayat"

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Bangkapos.com