Sosok.ID- Sorotan makin tertuju pada keluarga Gen Halilintarbaru-baru ini usai sejumlah gosip miring menerpa.
Makin santernya pemberitaan mengenai Gen Halilintar ditambah dengan pernyataanAurel Hermansyahsoal mertuanya yang akan menetap di Turki.
Keluarga Youtuber, Atta Halilintar itu dituding semakin menjauh dari Indonesia usai beberapa tahun tinggal di Malaysia.
Lebih mengejutkan lagi, publik semakin dibuat bertanya-tanya lantaran keluarga Gen Halilintar tak nampak di hari pernikahan Atta dan Aurel.
Selain itu, orang tua Atta Halilintar juga melewatkan untuk menemani Aurel Hermansyah saat melahirkan anak pertama makin memperkuat dugaan.
Selain itu,netizen dibuat geramkarenaAurel malah diajak berpergian ke Turki saat tengah hamil tua.
Belum lama ini masa lalu Ayah Atta Halilintar mencuat ke permukaan yang disebut-sebut jadi penyebab Anofial Asmid enggan ke Indonesia.
Sebuah gosip miring menyebar mengenai sosokAnofial Asmid yang disebut terlibat organisasi terlarang.
Padahal sebelumnya banyak yang mengira mereka enggan kembali ke Indonesia karena permasalahan istri kedua Anofial Asmid.
Mengutip dari GridFame.ID, diketahui saat masih berstatus Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia,Anofial memulai bisnis berskala kecil.
Bisnis tersebut akhirnya makin besar hingga sukses melebarkan sayap ke berbagai negara bersama istrinya.
Sebuahbuku berjudul “Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah” pun sempat jadi perbincangan.
Melansir dari TribunNews, buku itu adalah karya Taufik Mustafa dan merujuk buku tersebut, Eep Saefulloh Fatah, konsultan politik cum sahabat Halilintar semasa kuliah, sedikit menceritakan sosok ayah Atta itu.
“Tahun 1995, ia (Anofial Asmid) adalah seorang yang door to door menjajakan karpet, dibantu istri dan seorang temannya yang mantan pengecer koran. Ketika Oktober 2002, saya bertemu kembali dengannya, ia adalah pemimpin sebuah jaringan usaha berskala global,” tulis Eep di buku tersebut.
Berubahnya pola pikir dan cara berpakaian Anofial terjadi setelah ia berguru pada Syeikh Ashaari Muhammad At Tamimi atau yang dikenal dengan Abuya Ashaari di Malaysia.
Sejak itu juga Anofial mendapat nama baru menjadi Halilintar Muhammad Jundullah.
“Perubahannya yang penting bagi saya bukanlah perubahan gaya berpakaiannya (memakai gamis, membelitkan sorban di lingkar kepala), melainkan caranya bertutur dan topik-topik yang ia pilih dalam pembicaraan,” tutur Eep.
Syekh Ashaari atau Abuya adalah pendiri dan pemimpin Darul Arqam, sebuah organisasi keagamaan Islam yang berbasis di Malaysia.
Disebut-sebut bahwa Anofial kala itu sempat menjadi salah satu pengikut organisasi tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, pengakuannya sebagai tokoh Darul Arqam juga tercantum dalam buku "Jejak Hizbut Tahrir Indonesia" karya Pusat Data dan Analisa TEMPO.
Iabergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 1989 dan menjabat sebagai pimpinan Darul Arqam untuk kawasan Jakarta dan Bogor.
Dalam beberapa tahun pendirian di Indonesia, organisasi tersebut langsung menjamur di berbagai daerah usai diketuai olehnya.
Berpusat di Malaysia, sejak 1968, Abuya Ashaari menjaring lebih dari 100 ribu orang untuk bergabung dan tersebar di ASEAN, termasuk Indonesia.
Gerakannya berfokus pada banyak sektor, khususnya ekonomi.
Intinya, Darul Arqam menganjurkan jemaahnya untuk berbisnis sesuai syariat demi mensucikan diri kepada Tuhan dengan menyumbangkan harta.
Namun besarnya modal dan banyaknya keanggotaan Darul Arqam membuat pemerintah Malaysia menaruh curiga pada gerakan ini, baik secara akidah maupun kendaraan politik dan kekuasaan.
Seperti dalam tulisan Abdul Rahman Haji Abdullah di "Pemikiran Islam di Malaysia: sejarah dan aliran", sumber pokok penggerak Darul Arqam adalah semangat jihad atau pengorbanan jiwa dan harta di kalangan anggota.
Bahkan lebih menghebohkan lagi, pengikut yang memiliki penghasilan tetap harus bersedia dipotong gajinya hingga 10 persen atau lebih setiap bulan.
Disebut-sebut tujuan ajarannya adalah, melalui proses pendidikan hati atau jiwa sufi, lahir sifat-sifat dermawan di kalangan mereka, sehingga orang-orang kaya menjadi 'bank' bagi yang memerlukan.
Karenaajaran tersebut, Darul Arqam dianggap menyimpang lantaran Abuya Ashaari mengakui dirinya merupakan Bani Tamim atau pendamping Imam Mahdi.
Beberapa sumber menyebutkan Abuya mengaku pernah berdialog langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
Ia meyakini gurunya, Syeikh Syuhaimi adalah Imam Mahdi, dan Ashaari adalah penerus Syuhaimi.
Darul Arqam juga dituding sempat menyiapkan dan melatih 300 pasukan berani mati di Thailand.
Oleh dasar tersebut, akhirnyaorganisasi Darul Arqam resmi dilarang oleh Malaysia pada 1994, selain bertentangan dengan akidah ahli sunnah wal jamaah.
Abuya Ashaari sempat ditahan setahun, lalu berganti status menjadi tahanan rumah, pindah ke Pulau Labuan hingga akhirnya bebas murni pada 2004.
Tahun 2002, Anofial kemudian mengemban jabatan tinggi sebagai Komisaris Utama PT Cahaya Timur (perusahaan bidang rekaman kaset dan perdagangan), Komisaris Utama PT Qatrunada (travel), Chairman Hawariyun Group of Companies, dan Direktur International Rufaqa Corporation yang berpusat di Malaysia.
Dua perusahaan besar tersebutdituding sejumlah pihakmerupakan 'wajah baru' Darul Arqam.
Namun ada perbedaan, karena Darul Arqam yang berkonsep organisasi keagamaan serta memiliki jemaah.
Sedangkan Hawariyun dan Rufaqa adalah perusahaan yang memang fokus pada ranah bisnis dan dakwah.
"Dan jangan khawatir, Darul Arqam tak akan berdiri lagi," tuturnya.
Anofialmerambah bisnis di bidang lain seperti sekolah, klinik bersalin, toko obat, puluhan outlet, studio rekaman, super market, ekspor-impor, restoran, peternakan, konsultan SDM, event organizer, kafe, desain & kontraktor, bisnis entertsainment, salon, industri rekaman, travel dan berbagai bisnis skala global.
Mereka menjalankan bisnis dengan tiga strategi yakni Bisnis Fardhu Kifayah (produk wajib yang dibutuhkan masyarakat), Bisnis Komersil, Bisnis Strategis.
Seperti yang pernah diakui Anofial dan Lenggogeni Faruk, cakupannya tak tanggung-tanggung, dari Australia, Jerman, hingga Prancis.
Di dalam negeri, ia juga melebarkan bisnis di segala sektor seperti kebudayaan, misalnya, Halilintar mendirikan grup nasyid Qatrunada dan melahirkan album rekaman.
Sedangkan di bidangpendidikan, ia membangun Sekolah Cinta Tuhan, murid tak dikenakan ilmu, guru pun tidak digaji.
"Setiap gurunya pula bukan diberi insentif dengan iming-imingan gaji yang tinggi, melainkan dibawa untuk sama-sama berjuang memerankan tugas seorang duta Tuhan di bidang pendidikan, sehingga tertonjollah keindahan pengalaman syariat Tuhan di bidang pendidikan," tutur Taufik. (*)