Ia mengklaim jika obat batuknya 10 kali lebih ampuh meredakan peradangan tenggorokan dan hanya sedikit mengandung toksik.
Bukan hanya sebagai obat batuk, Dreser juga mengklaim temuannya itu lebih baik dari Morfin sebagai penahan rasa sakit.
Puas atas hasil kerja Dreser, Bayer AG kemudian memproduksi dalam jumlah besar obat temuannya.
Baca Juga: Mengenal Koopssus, Satuan Super Elite yang Berisikan Pasukan Khusus TNI Berkemampuan Tiga Matra
Luar biasa, seiring berjalannya waktu obat batuk sirup Dreser laku keras di pasaran karena harganya murah dan manjur mengobati batuk.
Lagipula obat batuk ini mudah ditemukan di toko kelontong karena peredarannya mencapai semua lapisan masyarakat Jerman kala itu.
Namun lama kelamaan dokter dan apoteker di Jerman saat itu mulai curiga karena permintaan obat batuk berbahan heroin itu amat tinggi, sudah berada diatas batas wajar.
Padahal para pasien atau pembeli obat ini tidak sedang mengalami gangguan pernapasan.
Otoritas kesehatan Jerman lantas meneliti ulang temuan Dreser.
Baru mereka sadar jika obat batuk sirup Dreser dapat menimbulkan kecanduan 4 kali lipat lebih banyak dari Morfin.