Sosok.ID - Telah lewat enam bulan bantuan mengalir untuk para pengungsi eks Timor Timur di Atambua.
Namun, Kapten Budi Soehardi dan Istrinya, Rosalinda Panagia Maria Lakusa atau Peggy, sapaannya merasa masih kurang.
Bantuan apa saja yang sampai disana, baik makanan, obat-obatan hingga pakaian seakan tak berbekas.
Karena itulah pasangan suami istri ini kemudian mengevaluasi kegiatan sosial mereka disana.
Saat melihat banyaknya anak-anak yang menjadi korban konfilik di Timor Timur kala itu membuat Budi dan Peggy tertegun.
Ia melihat ada harapan terpancar dari sinar mata anak-anak pengungsi eks Timur Timur itu kelak dikemudian hari.
Bahkan dari sorot mata anak-anak tersebut, pasangan suami istri ini mempercayai akan ada agen-agen perubahan di masa depan.
Namun orang tua dari tiga orang anak ini melihat pengungsian bukanlah tempat yang tepat untuk tumbuh kembang anak mereka.
Bertolak dari kesadaran ini, ia lalu menyiapkan sebuah pendekatan baru, pendekatan transformatif.
Bertolak dari keyakinan tersebut, meski tanpa pengetahuan dan pengalaman mengelola lembaga sosial, Budi dan Peggy nekad membuka panti asuhan.