Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kisah Soekarno Ditodong Pistol untuk Memaksanya Tandatangani Supersemar

Seto Ajinugroho - Rabu, 11 Maret 2020 | 08:00
Kisah Soekarno Ditodong Pistol untuk Memaksanya Tandatangani Supersemar
IPPHOS/Dok.KOMPAS

Kisah Soekarno Ditodong Pistol untuk Memaksanya Tandatangani Supersemar

Sosok.ID - Jatuhnya Orde Lama pimpinan Soerkarno tak lepas dari apa yang namanya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966.

Dalam Supersemar, tertulis jika Soekarno menyetujui Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu dilakukan untuk memulihkan keamanan negara lantaran G30S/PKI 1965.

Dengan 'Surat Sakti' ini, Soeharto langsung bertindak cepat dengan mengerahkan militer Indonesia untuk menggulung sisa-sisa kekuatan PKI di Tanah Air.

PKI juga langsung dicap sebagai organisasi terlarang di Indonesia.

Baca Juga: Kabar Duka, Speedboat Paspampres Terjungkal Hantam Perahu Rombongan Warga Sipil, TNI AD Letkol Komandan Distrik Militer Kuala Kapuas dan 5 Lainnya Tewas

Setali tiga uang, Supersemar juga digunakan Soeharto untuk mengikis kekuasaan Soekarno.

Sadar akan potensi dirinya terguling, Soekarno kemudian mengemukakan pidato Proklamasi HUT RI 17 Agustus 1966 tentang apa itu Supersemar.

"Dikiranya SP 11 Maret itu suatu transfer of authority, padahal tidak," kata Soekarno dalam pidato berjudul "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" seperti dikutip dari Kompas.

Namun nasi sudah menjadi bubur, Soeharto yang berhasil melaksanakan 'Kudeta Merangkak' ini sudah menggerogoti kekuasaan Soekarno.

Mengutip Kompas, terbitnya Supersemar pun amat kontroversial.

Saat itu 11 Maret 1966, Soekarno sedang memimpin rapat kabinet di Istana Merdeka.

Rapat terasa mencekam lantaran Istana dikepung oleh mahasiswa yang menuntut Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Source : kompas

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x