"Dia memperingatkan saya sebelumnya 'jangan injak garis merah. Kita bisa terlibat masalah dan hilang nantinya'," jelas Yan mengingat ucapan supervisornya.
Si pakar virologi kemudian mengklaim Dr Malik Peiris, salah satu direktur laboratorium, tahu soal penyebaran wabah ini tapi juga tak bertindak.
Yan berujar, dia sangat frustrasi dengan kondisi ini. Tetapi dia hanya bisa pasrah mengingat relasi antara WHO dengan pemerintah China.
"Jadi pada dasarnya, saya menerima. Tetapi saya tidak ingin informasi yang menyesatkan ini bakal tersebar ke seluruh dunia," kata dia.
Karena itu, dia kemudian memutuskan pergi dari Hong Kong.
"Sebab saya tahu bagaimana cara mereka memperlakukan whistleblower," jelasnya.
Dia merujuk kepada mendiang Li Wenliang, dokter yang sempat memperingatkan mengenai Covid-19 sebelum ditangkap polisi karena dianggap meresahkan masyarakat.
Dampaknya, Universitas Hong Kong kemudian menghapus namanya dari situs, dan menyatakan Yan Limeng "tidak lagi berstatus pegawai mereka".
Adapun WHO menyangkal mereka bekerja dengan Yan, Poon, dan Peiris.