Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sampai Saat Ini Hubungan dengan China Masih Adem Ayem, Indonesia Justru Diprediksi Bakal Terlibat Perselisihan Sengit dengan Tiongkok di Masa Depan, Terungkap Pemicunya

Dwi Nur Mashitoh - Selasa, 03 November 2020 | 09:13
Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping melakukan panggilan telepon membahas kerja sama demi perangi corona
(Biro pers setpres)

Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping melakukan panggilan telepon membahas kerja sama demi perangi corona

TNI kemudian dikerahkan dengan sepuluh kapal angkatan laut, dan empat pesawat tempur F-16 ke pulau Natuna, pada awal tahun 2020.

Perairan di utara Kepulauan Natuna juga penting bagi masa depan industri energi Indonesia.

Ladang gas alam terbesar yang belum dimanfaatkan di negara itu, yang disebut East Natuna dan berisi sekitar 46 triliun kaki kubik sumber daya gas yang dapat dipulihkan, terletak di sana.

Baca Juga: Sempat Buat AS hingga India Kebakaran Jenggot, Xi Jinping Tegaskan China Tidak Berniat Berperang dengan Negara Manapun: Baik Perang Dingin Maupun Perang Panas

Secara tradisional, Indonesia berusaha menghindari perselisihan maritimnya dengan China.

Menekankan kurangnya "sengketa teritorial"antara kedua negara, Indonesia sering menawarkan untuk bertindak sebagai mediator netral antara China dan negara tetangganya di Asia Tenggara dalam sengketa abadi mereka atas Kepulauan Spratly.

Sementara itu, Beijing terus mengabaikan klaim maritimnya yang tumpang tindih dengan Jakarta, terutama selama China tidak bisa berbuat banyak tentangnya.

Perairan yang disengketakan antara Cina dan Indonesia berada 1.500 km dari wilayah Cina terdekat yang tidak disengketakan; dan China, hingga saat ini, belum dapat menegakkan klaimnya untuk jarak tersebut.

Baca Juga: Seolah Tak Puas Merusuhi Perairan Negara-negara di Sekitar Laut China Selatan, Tiongkok Kini Buat Amerika Selatan Panas Usai 300 Kapalnya Serbu Perairan Pasifik

Saat ini, kekuatan maritim China yang sedang berkembang dan fasilitas militer yang baru dibangun di kepulauan Spratly telah memperluas jangkauannya di Laut China Selatan.

Akibatnya, China tampaknya telah melanjutkan perjalanannya ke selatan melalui Laut China Selatan.

Dengan menggunakan "taktik salami" tindakan yang dirancang secara bertahap mengatasi oposisi China menempatkan Filipina di belakangnya dan tampaknya akan melakukan hal yang sama ke Malaysia dan, mungkin, bahkan Vietnam.

Source :Intisari Online

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x