"Militer Indonesia sebelumnya mengatakan tes semacam itu penting dalam menentukan moralitas rekrutan," tulis Reuters.
Melanjutkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan hal itu "tidak memiliki validitas ilmiah" dan penampilan selaput dara bukanlah indikator hubungan seksual yang dapat diandalkan.
Sementara itu, TNI Angkatan Laut menegaskan tidak ada tes keperawanan dalam proses rekrutmen prajuritnya.
"Pemeriksaan virginitas atau keperawanan tidak ada. Yang diperiksa adalah kandungan dan kehamilan," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono.
Dasar dari pelaksanaan tes kesehatan tersebut, kata Julius, yakni Keputusan Panglima TNI Nomor KEP/920/XI/2020 Tanggal 23 November 2020 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan dan Uji Kesehatan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia.
Dengan demikian, lanjut Julius, gender dari calon prajurit TNI AL jadi jelas dan kondisi fisiknya juga jelas.
Test di TNI AL, kata dia, merupakan battery test yang satu dengan lainnya saling terkait.
"Laki-laki dan perempuan sama pemeriksaannya. Dari tes bisa dikorelasikan dengan tes lain untuk melihat kecenderungan perilakunya. Kita masih patuhi budaya Timur, budaya nusantara," kata Julius.
Adapun kelompok hak asasi manusia menyambut baik pengumuman bahwa tentara telah menghentikan praktik tersebut.
"Tidak pernah ada kebutuhan untuk tes," kata Andy Yentriyani, ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).