"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono.
Setelah merengek, akhirnya mereka diizinkan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Sebelum kembali ke rumah, orang tua mereka dipanggil dan dimintai komitmen untuk mengawasi anak-anaknya saat menjalani karantina di rumah.
Dengan kejadian ini, Mulyono berharap tidak akan ada lagi warga yang ngeyel melanggar aturan karantina mandiri.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ancaman kurungan di rumah angker ini telah ditetapkan oleh Pemkab Sragen.
Aturan ini sendiri telah dikonfirmasi oleh Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
"Apabila dikarantina mandiri terus kemudian dia tidak menepati surat yang telah dibuat, menganggap remeh serta mengabaikan begitu saja,
"beberapa desa telah meminta izin ke saya untuk mengkarantina di gedung SD yang kosong atau di rumah kosong," ujar Yuni, seperti dikutip Sosok.ID dari Tribun Jateng.
Ia bahkan menyarankan agar para pembelot karantina mandiri itu dikurung di 'rumah angker' agar tidak bisa keluar-keluar.
"Saya izinkan kalo perlu dikunci dari luar biar gak usah keluar, atau rumah yang berhantu sekalian, tapi tetap diberi makan dan diawasi," kata Yuni.